Jumat, 08 Januari 2010

Tentang Di dan Di

Di yang dimaksud, bukanlah sebuah nama apalagi nama seorang aktor atau figur selebritis yang mencuri banyak hati penggemarnya. Di yang dimaksud adalah di-nya Pak Yus Badudu atau Gorys Keraf atau para pakar tata bahasa Indonesia lainnya.

Pastilah bahwa menulis bukan urusan yang enteng. Ketika belajar menuliskan huruf dan kata dalam bahasa Indonesia sejak sekolah dasar, masih banyak sekali kesulitan menulis yang dihadapi sampai nanti telah menjadi sarjana strata sekian sekali pun.

Di antara banyak permasalahan lazim dalam bentuk bahasa Indonesia tertulis akan terkait dengan persoalan di ini. Novel berjudul ‘O’ tidak ada hubungannya dengan ‘di’, walaupun terkesan eksotik, karena di yang kita maksud semata-mata soal sebuah awalan dan kata depan.

Menurut anda, mana yang benar dari bentuk penulisan kata-kata berikut: di kunyah, ditelan, di rumah, direstoran?

Untuk kata kunyah dan telan, diberi awalan di yang terpisah dan bersambung. Sedangkan di depan kata rumah dan restoran, yang pertama dipisahkan dan yang berikutnya disatukan.

Kalau kita masih memiliki kesulitan untuk menentukan pilihan dengan cepat, dapat dipastikan bahwa hukum penulisan awalan di masih belum betul-betul dipahami. Namun kalau anda langsung menconteng tanda benar untuk bentuk ditelan dan di rumah, maka persoalan tentang di dan di tidak anda hadapi.

Betul bahwa kriteria tata bahasa yang berlaku menyangkut kata di ini sangat sederhana. Bahwa untuk kata kerja, yang tentu bersifat pasif, awalan di mesti langsung ditulis dalam bentuk bersambungan. Sedangkan bentuk yang terpisah merupakan kata depan penanda bahwa ia merujuk kepada tempat. Di kantor menjadi benar penulisannya, sedangkan di kerjakan adalah salah.

Memang demikian sederhana. Namun, herannya, kesalahan dalam penulisan awalan di sangat lazim terjadi dan kita temukan. Bukan saja dalam karya tulis murid sekolah menengah, makalah mahasiswa, tetapi juga dalam laporan berita surat kabar dan buku.*

Di kantor, kalau staf anda yang membuat konsep laporan selalu saja salah dalam menempatkan awalan didi ini, tentu dapat anda koreksi dan benarkan. Sekali (atau bahkan dua tiga kali) masih dapat dimaklumi. Namun, sering kali yang terjadi dan dialami banyak orang adalah bahwa kesalahan sederhana ini selalu terulang dan terulang kembali. Perulangan itu terjadi dalam bentuk yang selalu terbalik; bahwa di depan kata kerja di dipisahkan, sedangkan di depan kata benda tempat, di disatukan.

Jadi, jangan heran kalau ternyata demikian sulit memahami dan menanamkan (dalam hati dan bawah sadar kita) aturan penulisan yang terkait dengan di dan di ini. Di yang dimaksud, bukanlah nama seorang aktor.

Los Angeles, 15 Mei 2008

*) Jangan heran kalau anda mungkin pernah terserempak kesalahan penggunaan imbuhan awalan ini dalam makalah ilmiah tentang tata bahasa yang ditulis sarjana bahasa Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar